Sunday, August 17, 2008

MERDEKA KITA


Memuji Allah dengan mengucap Alhamdulillaah, itulah yang jawaban umum atas pertanyaan, BAGAIMANA SIKAP KITA BILA MENDAPAT KEMENANGAN?


Tetapi ternyata tidak demikian yang diajarkan Al-Qur’an. Dalam surat An-Nashr yang mengabadikan peristiwa kemerdekaan Mekah, dijelaskan hakikat kemerdekaan kemudian cara menyikapinya.

إذا جاء نصر الله والفتح

ورأيت الناس يدخلون في دين الله أفواجا

فسبح بحمد ربك واستغفر

إنه كان توابا


Tentang hakikat kemerdekaan, maka Al-Qur’an menyebutkan tiga criteria utama

1. Adanya keberpihakan Allah yang mewujud dalam bentuk pertolongan dan bantuan-Nya. Inilah maksud Nashrullaah. Fakhr al-Din al-Razy menafsirkan nashrullah dimaksud dengan kesempurnaan agama (kamaal al-diin).
Hilangnya ketundukan terhadap kekuatan asing dengan adanya keleluasaan negara dalam mengelola dan menunjukkan eksistensi dirinya. Inilah al-Fathu yang secara generic sering diartikan penaklukan atau pembukaan wilayah baru yang intinya adalah kemerdekaan!
Islam sebagai mayoritas yang lahir dari kesadaran akan kebenaran sejatai yang hanya ada dalam Islam.


Bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana dengan kemerdekaan kita yang sudah berusia 63 tahun?
Terhadap kemerdekaan itu yang merupakan nikmat amat besar bagi sebuah bangsa, Al-Qur’an mengajarkan ada tiga sikap yang dilakukan, yaitu TASBIH, TAHMID DAN ISTIGHFAR. Mengapa harus diawali Tasbih dan diakhiri Istighfar? Mengapa tidak cukup dengan Tahmid saja?


TASBIH

Tasbih adalah Tanziihu Allaahi min Kulli Suu’in. Membersihkan Allah dari segala keburukan. Bukan karena Allah kotor lalu dibersihkan tetapi membersihkan diri dari pemikiran dan keyakinan tentang Allah yang tidak sesuai dengan-Nya. TASBIH dengan pengertian seperti itu perlu mengawali ungkapan terima kasih kepada Allah karena dua alasan

1. Tasbih diperlukan untuk mensterilkan pikiran yang boleh jadi beranggapan bahwa kemerdekaan, kemenangan, dan kebaikan itu Allah berikan kepada kita karena kita memang layak mendapatkannya. Saya layak mendapat itu! Anggapan seperti ini harus dibersihkan dengan bertasbih. Mengapa? Ketika kita merasa layak mendapatkan suatu kebaikan dari Allah, sebenarnya kita sedang memposisikan Allah di bawah kita. Di bawah kendali kehendak dan asumsi kita. Allah bertindak karena kita. Kepantasan itu telah mereduksi kehendak Allah yang mutlak dan tak terbatas. Dengan kata lain kita dengan arognasi kepantasan itu sedang mengecilkan kehendak dan kekuasan Allah, meskipun kita menyanjung dan memuji-Nya. Inilah yang harus dibersihkan pertama kali sebelum sanjungan dan pujian itu terucap. Maka Subhanallaah, Maha Suci Engkau Ya Allah. Semua kebaikan ini aku teriam bukan karena aku pantas mendapatkannya tetapi karena Engkau sendiri menghendaki-Nya. Subhanallaah!

2. Keputusan Allah pada umumnya –untuk tidak mengatakan selalu- terjadi melalui sebab akibat atau qaidah sababiyah atau asbab adiyah. Begitu pula dengan kebaikan yang kita terima itu, Allah sampaikan kepada kita melalui serangkaian proses. Tidak ujug-ujug! Kita mungkin sangat menginginkan kemerdekaan, kemenangan dan kebaikan itu. Kita pun bahkan telah menempuh prosesnya dengan maksimal dan sesuai syariat. Tapi sering kali kebaikan itu datang tidak secepat yang kita harapkan. Seperti Rasulullah saw yang merindukan kemerdekaan Mekah tetapi baru tercapai pada 2 tahun terakhir dari kehidupannya. Pada saat itu kebaikan itu datang dalam kehidupan kita, kita bergembira luar biasa, tetapi terselip anggapan dalam hati bahwa kebaikan ini telat datang, mengapa aku harus menunggu sangat lama. Anggapan ini sebenarnya adalah kecurigaan dan prasangka buruk terhadap Allah, sebab merasa diri kita sendirilah yang tahu waktu terbaik untuk kebaikan itu, bukan Allah. Maka sebelum berucap terima kasih, anggapan ini harus dibersihkan dari pikiran kita dengan bertasbih. Subhaanallaah, Mahas Suci Engkau Ya Allah. Engkaulah yang maha tahu waktu terbaik untuk setiap keputusan-Mu.

Memuji Allah tanpa Tasbih bisa jadi terima kasih yang masih diwarnai kecurigaan.
TAHMID

Inilah bagian paling popular dalam bersyukur kepada Allah. Memuji kepada Allah berarti menyadari benar kebaikan Allah telah terasa dalam hidup ini. Mengucapkan Alhamdulillaah tanpa merasakan perbuatan nyata Allah kepada kita, bukanlah pujian untuk-Nya. Maka tahmid menuntut kita selalu mengingat kebaikan Allah itu. Satu kali berucap Alhamdulillah berarti paling tidak satu kebaikan Allah hadir dalam hati. Alhamdulillaah, Engkau beri bangsa ini kemerdekaan Ya Allah. Bila setiap selesai shalat Rasul mengajarkan tahmid sebanyak 33 kali, itu berarti minimal kita harus mengingat 33 kebaikan Allah yang telah kita rasakan sampai saat itu. Kita harus menghitung dengan baik pemberian-pemberian Allah untuk sampai pada kesimpulan bahwa nikmat Allah sungguh tak terhingga.


ISTIGHFAR

Istighfar biasanya diidentikkan dengan taubat dan perbuatan dosa. Lalu mengapa dalam bersyukur harus istigfar? Istighfar dalam kerangka berterima kasih kepada Allah memili dua makna.

1. Istighfar sebagai permohonan ampunan kepada Allah untuk kesalahan dan keteledoran dalam mengabdikan diri kepada-Nya yang telah sedemikian banyak kebaikan-Nya kepada kita. Istighfar karena kita menyadari bahwa sebenarnya yang pantas kita terima adalah siksaannya bukan kebaikan-Nya. Tetapi Allah justru memberikan kebaikan-kebaikan-Nya tanpa henti. Tumbuh rasa malu dibalik kegembiraan mendapat kebaikan tersebut, maka tercetuslah permohonan ampun. Astaghfirullah, Ampuni aku Ya Allah yang menyepelekan hak-hak-Mu sementara Engkau begitu baik dan memperhatikanku.

2. Istighfar sebagai pemberian maaf dan do’a untuk orang-orang yang kita nilai sebagai penghalang kebaikan yang kita inginkan tersebut. Seperti Rasulullah yang memaafkan kafir Quraisy pada saat Futuh Mekah padahal merekalah yang menghalangi cita-cita Rasul memerdekakan Mekah. Selalu ada orang yang tidak setuju dengan cita-cita kita. Selalu ada orang yang tidak senang dengan kesenangan kita. Selalu ada orang yang ingin kita mendapat hal yang sebaliknya. Mereka itu lah yang kita maafkan saat kebaikan itu akhirnya Allah berikan juga kepada kita. Merekalah itulah yang harus kita doakan kepada Allah agar Allah mengampuninya.
Ishtigfar dengan demikian mengajarkan dimensi sosial dari kebahagiaan pribadi kita.


سبحانك اللهم وبحمدك أستغفرك وأتوب إليك

Maha Suci Engkau Ya Allah lagi Maha Terpuji, Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu
Sumber :www.kajianislam.wordpress.com

No comments: